Minggu, 11 Maret 2012

PERJUANGAN RA KARTINI

A.    Riwayat Hidup RA Kartini
            Raden Ajeng Kartini lahir pada 21 April 1879 dikota Jepara. Ia anak salah satu seorang bangsawan yang masih taat dan berpegang teguh pada adat istiadat. Setelah lulus dari pendidikan ELS (Europese Lagere School) atau tingkat sekolah dasar. Ia dipingit saat berumur kurang lebih 12 tahun. Itu dilakukan dengan tujuan menunggu waktu dipinang dan dinikahkan. Jadi Kartini tidak boleh melanjutkan sekolah/ pendidikan kejenjang yang lebih tinggi. Padahal ia sangat menginginkan untuk melanjutkan pendidikannya. Tetapi ia tidak berani menentang orang tuanya karena takut dianggap anak durhaka dan tidak taat pada adat istiadat saat itu.
         Kartini adalah salah satu dari wanita Indonesia pada jamannya yang terpaksa menerima tradisi pingitan. Pada saat itu memang di Indonesia wanita dihadapkan pada budaya yang tidak memberikan kesempatan memperoleh pendidikan dan perlakuan setara dengan laki-laki. Bahkan tidak dapat berbuat apa-apa dalam memilih pasangan hidup. Itulah tradisi yang ingin diperbaiki oleh Kartini.
             Kartini mengumpulkan buku-buku pelajaran dan buku ilmu pengetahuan lainnya untuk dibaca dan dipelajari supaya hilang kesedihannya. Akhirnya membaca menjadi kegemarannya. Tiada hari tanpa membaca, semua buku termasuk surat kabar dibacanya. Melalui membaca inilah Kartini tertarik pada kemajuan berfikir wanita-wanita Eropa. Timbullah niatnya untuk memajukan wanita-wanita Indonesia. Ia berpendapat bahwa wanita harus berkembang, tidak hanya di dapur saja tetapi harus memperoleh ilmu supaya didapatkan derajat yang sama dengan laki-laki.
               Kartini memulai usaha dengan mengumpulkan teman-teman wanitanya untuk diajarkan tulis menulis dan ilmu pengetahuan lainnya. Ditengah-tengah kesibukkannya itu ia tidak henti-hentinya terus menambah ilmu pengetahuan. Suatu saat Kartini menulis surat pada Mr.J.H Abendanon, ia memohon diberikan beasiswa untuk belajar di negeri Belanda. Beasiswa yang didapatkannya tidak sempat dimanfaatkan karena ia dinikahkan oleh orang tuanya dengan Raden Adipati Joyodiningrat, seorang Bupati dari Rembang.
             Setelah menikah ia ikut suaminya kedaerah Rembang. Suaminya mengerti akan keinginan Kartini dan mendukung Kartini untuk mendirikan sekolah wanita. Berkat kegigihannya ia berhasil mendirikan sekolah wanita dibeberapa kota. Nama sekolah tersebut adalah “Sekolah Kartini”. Hal tersebut menginspirasikan wanita-wanita Indonesia lainnya untuk mendirikan sekolah-sekolah yang sama.
          Pada tanggal 17 September 1904, Kartini meninggal dunia dalam usianya yang ke-25. setelah melahirkan putra pertamanya. Setelah Kartini wafat, Mr.J.H Abendanon mengumpulkan dan membukukan surat-surat yang pernah dikirimkan Kartini pada para teman-temannya di Eropa. Buku ini diberi judul “DOOR DUOSTERNIS TOT LICHT” yang berarti “Habis Gelap Terbitlah Terang”.

B.    Intisari Kehidupan RA Kartini
            Ketenarannya tidak membuat ia sombong. Kartini tetap santun menghormati keluarga dan siapa saja. IA tidak pernah membedakan antara yang miskin dan yang kaya. Meskipun tidak berjuang melawan penjajahan atas kaumnya dengan mengangkat senjata, namun perjuangan Kartini sangat berarti bagi kemajuan wanita Indonesia.


        Kegemarannya membaca dan menulis serta keingintahuannya tentang ilmu pengetahuan ternyata menjadi transportasi sejarah antar generasi wanita Indonesia pada jamannya hingga sekarang ini. Atas dasar kemauan dan usaha yang keras, maka cita-citabya dapat terwujud. Dengan segala cara Ia berusaha keras untuk membuat adapt/ kebudayaan masyarakat yang kurang baik menjadi lebih baik.
         Tiada lagi perbedaan antara laki-laki dan wanita seperti sekarang ini merupakan perjuangan dari Kartini. Pemikiran Kartini yang tertuang dalam kumpulan suratnya menggambarkan kebebasan berfikir Kartini yang tidak terkukung oleh keadaan. Meskipun dalam kehidupan nyata Kartini mengalami dan menyaksikan ketidakadilan bagi kaum perempuan, dengan guratan penanya Kartini terus menyuarakan semangat pembaharuan bagi wanita Indonesia. Kartini patut menjadi manusia yang akan terus dikenang dan dicontoh oleh semua masyarakat Indonesia. Ia menjadi cermin sejarah wanita Indonesia.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar