Minggu, 11 Maret 2012

GLOBALISASI DAN KEBUDAYAAN


       Globalisasi adalah sebuah istilah yang memiliki hubungan dengan peningkatan keterkaitan dan ketergantungan antarbangsa dan antarmanusia di seluruh dunia dunia melalui perdagangan, investasi, perjalanan, budaya populer, dan bentuk-bentuk interaksi yang lain.
              Dalam banyak hal, globalisasi mempunyai banyak karakteristik yang sama dengan internasionalisasi sehingga kedua istilah ini sering dipertukarkan. Sebagian pihak sering menggunakan istilah globalisasi yang dikaitkan dengan berkurangnya peran negara atau batas-batas negara.

A.    PENGERTIAN GLOBALISASI
             Kata "globalisasi" diambil dari kata global, yang maknanya ialah universal. Globalisasi belum memiliki definisi yang mapan, kecuali sekadar definisi kerja (working definition), sehingga tergantung dari sisi mana orang melihatnya. Ada yang memandangnya sebagai suatu proses sosial, atau proses sejarah, atau proses alamiah yang akan membawa seluruh bangsa dan negara di dunia makin terikat satu sama lain, mewujudkan satu tatanan kehidupan baru atau kesatuan ko-eksistensi dengan menyingkirkan batas-batas geografis, ekonomi dan budaya masyarakat.
             Mitos yang hidup selama ini tentang globalisasi adalah bahwa proses globalisasi akan membuat dunia seragam. Proses globalisasi akan menghapus identitas dan jati diri. Kebudayaan lokal atau etnis akan ditelan oleh kekuatan budaya besar atau kekuatan budaya global.
                 Di sisi lain, ada yang melihat globalisasi sebagai sebuah proyek yang diusung oleh negara-negara adikuasa, sehingga bisa saja orang memiliki pandangan negatif atau curiga terhadapnya. Dari sudut pandang ini, globalisasi tidak lain adalah kapitalisme dalam bentuknya yang paling mutakhir. Negara-negara yang kuat dan kaya praktis akan mengendalikan ekonomi dunia dan negara-negara kecil makin tidak berdaya karena tidak mampu bersaing. Sebab, globalisasi cenderung berpengaruh besar terhadap perekonomian dunia, bahkan berpengaruh terhadap bidang-bidang lain seperti budaya dan agama.

B.    TEORI GLOBALISASI
              Cochrane dan Pain menegaskan bahwa dalam kaitannya dengan globalisasi, terdapat tiga posisi teroritis yang dapat dilihat, yaitu:

1).    Para globalis percaya bahwa globalisasi adalah sebuah kenyataan yang memiliki konsekuensi nyata terhadap bagaimana orang dan lembaga di seluruh dunia berjalan. Mereka percaya bahwa negara-negara dan kebudayaan lokal akan hilang diterpa kebudayaan dan ekonomi global yang homogen. meskipun demikian, para globalis tidak memiliki pendapat sama mengenai konsekuensi terhadap proses tersebut.
  • Para globalis positif dan optimistis menanggapi dengan baik perkembangan semacam itu dan menyatakan bahwa globalisasi akan menghasilkan masyarakat dunia yang toleran dan bertanggung jawab.
  • Para globalis pesimis berpendapat bahwa globalisasi adalah sebuah fenomena negatif karena hal tersebut sebenarnya adalah bentuk penjajahan barat (terutama Amerika Serikat) yang memaksa sejumlah bentuk budaya dan konsumsi yang homogen dan terlihat sebagai sesuatu yang benar dipermukaan. Beberapa dari mereka kemudian membentuk kelompok untuk menentang globalisasi (antiglobalisasi).
2).    Para tradisionalis tidak percaya bahwa globalisasi tengah terjadi. Mereka berpendapat bahwa fenomena ini adalah sebuah mitos semata atau, jika memang ada, terlalu dibesar-besarkan. Mereka merujuk bahwa kapitalisme telah menjadi sebuah fenomena internasional selama ratusan tahun. Apa yang tengah kita alami saat ini hanyalah merupakan tahap lanjutan, atau evolusi, dari produksi dan perdagangan kapital.

3).    Para transformasionalis berada di antara para globalis dan tradisionalis. Mereka setuju bahwa pengaruh globalisasi telah sangat dilebih-lebihkan oleh para globalis. Namun, mereka juga berpendapat bahwa sangat bodoh jika kita menyangkal keberadaan konsep ini. Posisi teoritis ini berpendapat bahwa globalisasi seharusnya dipahami sebagai "seperangkat hubungan yang saling berkaitan dengan murni melalui sebuah kekuatan, yang sebagian besar tidak terjadi secara langsung". Mereka menyatakan bahwa proses ini bisa dibalik, terutama ketika hal tersebut negatif atau, setidaknya, dapat
C.    CIRI GLOBALISASI
Berikut ini beberapa ciri yang menandakan semakin berkembangnya fenomena globalisasi di dunia.
Hilir mudiknya kapal-kapal pengangkut barang antar negara menunjukkan keterkaitan antar manusia di seluruh dunia
•    Perubahan dalam konsep ruang dan waktu. Perkembangan barang-barang seperti telepon genggam, televisi satelit, dan internet menunjukkan bahwa komunikasi global terjadi demikian cepatnya, sementara melalui pergerakan massa semacam turisme memungkinkan kita merasakan banyak hal dari budaya yang berbeda.
•    Pasar dan produksi ekonomi di negara-negara yang berbeda menjadi saling bergantung sebagai akibat dari pertumbuhan perdagangan internasional, peningkatan pengaruh perusahaan multinasional, dan dominasi organisasi semacam World Trade Organization (WTO).
•    Peningkatan interaksi kultural melalui perkembangan media massa (terutama televisi, film, musik, dan transmisi berita dan olah raga internasional). saat ini, kita dapat mengonsumsi dan mengalami gagasan dan pengalaman baru mengenai hal-hal yang melintasi beraneka ragam budaya, misalnya dalam bidang fashion, literatur, dan makanan.
•    Meningkatnya masalah bersama, misalnya pada bidang lingkungan hidup, krisis multinasional, inflasi regional dan lain-lain.

D.    GLOBALISASI KEBUDAYAAN
1.    Konsep kebudayaan dari masa ke masa

Budaya adalah keseluruhan hal yang kompleks termasuk pengetahuan, kepercayaan, seni, moral, hukum, adat-istiadat, dan kemampuan serta kebiasaan lain yang diperoleh manusia sebagai anggota masyarakat. (Sir E.B. Tylor, 1871, dikutip oleh Ziauddin Sardar, 1997)

Culture is Ordinary: that is the first fact. Every human society has its own shape, its own purposes, its own meanings. Every human society expresses these, in institutions, and in arts and learning. Second, equal in importance…(Raymond Williams, 1958)

…The idea of culture describes our common inquiry, but our conclusions are diverse, as our starting points were diverse…its emergence, in modern meanings, marks the effort at total qualitative assessment, but what indicates is a process, not a conclusion.
(Raymond Williams, 1961)

Kebudayaan bukan sebuah noktah yang diam setelah diciptakan oleh manusia, melainkan secara dialektis kembali membentuk kehidupan manusia dalam cara-cara yang tidak selamanya sama dengan proses terdahulu. (Ignas Kleden, 1987)

Culture is a process of becoming, a shared habit of becoming in world which is both symbolic and not, corporeal. Culture is a habitual relation between (at least) three processes (perceived, conceived, lived space), a complexity. (J. MacGregor Wise, 1999).

Budaya hanyalah serangkaian cerita yang kita ceritakan pada diri kita mengenai diri kita sendiri (Clifford Geertz, dikutip oleh Ziauddin Sardar, 1997)



          Banyak sekali pembahasan mengenai definisi “culture” (=budaya) sepanjang sejarah manusia, dan kata “culture” ini menjadi salah satu kata  yang paling rumit dalam khazanah bahasa inggris terutama karena kata “culture” dipakai dalam banyak konsep penting pada beberapa disiplin intelektual dan sistem pemikiran yang berbeda. Dewasa ini studi tentang budaya terus berkembang menjadi suatu bidang studi, terutama di kalangan progresif yang berusaha mencari penjelasan perbedaan kebudayaan dan praktek kebudayaan tidak dengan menunjuk nilai-nilai intrinsic dan abadi (how good?), tetapi dengan menunjuk seluruh peta relasi sosial (in whose interest?).
          Para ahli, terutama antropolog mendefinisikan budaya dengan pendekatan yang berbeda. Namun paling tidak, dapat kita temukan beberapa kesamaan pendapat mengenai batasan budaya.  Pertama, budaya lebih mengacu pada ”proses” bukan ”produk”, sehingga budaya tidak pernah diam dan statis akan tetapi terus bergerak, berproses (culture as process of becoming). Kedua, budaya adalah keseluruhan hal yang kompleks (pengetahuan, kepercayaan, seni, moral, hukum, adat istiadat, dll) yang meliputi seluruh anggota masyarakat, diri kita sendiri, setiap komunitas, sehingga setiap diri kita berhak atas ber-”budaya”, tidak ada monopoli dari satu pihak ke pihak lainnya. (culture is ordinary and equal in importance).
             Dengan demikian budaya didefinisikan sebagai proses (culture as process of becoming) dan budaya sebagai keseluruhan hal yang dimiliki oleh kita sendiri, cerita tentang diri kita sendiri (culture is ordinary and equal in importance), dan kedua hal inilah yang akan menjadi wacana kita dalam memahami “budaya”.

2.    Wujud kebudayaan
Secara keseluruhan, kebudayaan terdiri atas tiga wujud:
a)    Ide
b)    Kelakuan berpola dari manusia dalam masyarakat
c)    benda hasil karya manusia

Pertama, wujud kebudayaan sebagai suatu kompleks dari ide-ide, gagasan, nilai-nilai, norma-norma, peraturan dan lain sebagainya. Wujud ini merupakan wujud ideal dari kebudayaan yang bersifat  abstrak dan tidak dapat diubah. Wujud ini ada dalam organ-organ dan pemikiran warna masyarakat berupa gagasan-gagasan yang memberikan jiwa kepada masyarakat. Gagasan tersebut tidak lepas dari satu kepada yang lainnya, melainkan suatu yang berkaitan menjadi suatu sistem budaya atau adat, atau adat istiadat.

Kedua, wujud kebudayaan sebagai kompleks aktivitas masyarakat seperti tindakan berpola dari manusia itu sendiri adalah dalam kehidupan masyarakat. Wujud ini merupakan sistem sosial yang terdiri atas aktivitas-aktivitas manusia yang berinteraksi, berhubungan, bergaul satu dengan yang lainnya dari hari ke hari.

Ketiga, wujud kebudayaan sebagai benda-benda hasil karya manusia. Wujud ini merupakan segala karya manusia berwujud benda dari hasil aktivitas manusia.

Ketiga wujud kebudayaan diatas dalam kenyataannya tidak dapat terpisahkan antara satu dengan yang lain. Kebudayaan ideal dan adat istiadat mengatur dan memberikan arah kepada tindakan dan karya manusia.

3.    Unsur kebudayaan

Kebudayaan terdiri atas unsur-unsur. Beberapa unsur ditemukan di berbagai belahan dunia sehingga disebut sebagai unsur kebudayaan universal. Unsur-unsur tersebut terdapat tujuh buah, yaitu:

a). Peralatan dan perlengkapan hidup
b). Mata pencaharian dan sistem ekonomi
c). Sistem kemasyarakatan
d). Bahasa
e). Kesenian
f). Sistem pengetahuan
g). Sistem kepercayaan

Ketujuh unsur tersebut pada kenyataannya tidak terpisah-pisah, melainkan saling berhubungan. Arsitektur biasanya dipahami sebagai peralatan dan perlengkapan hidup (teknologi), akan tetapi di dalamnya terlibat juga keenam unsur yang lain.

4.    Pengaruh globalisasi
Globalisasi mempengaruhi hampir semua aspek yang ada di masyarakat, termasuk diantaranya aspek budaya. Kebudayaan dapat diartikan sebagai nilai-nilai (values) yang dianut oleh masyarakat ataupun persepsi yang dimiliki oleh warga masyarakat terhadap berbagai hal. Baik nilai-nilai maupun persepsi berkaitan dengan aspek-aspek kejiwaan/psikologis, yaitu apa yang terdapat dalam alam pikiran. Aspek-aspek kejiwaan ini menjadi penting artinya apabila disadari, bahwa tingkah laku seseorang sangat dipengaruhi oleh apa yang ada dalam alam pikiran orang yang bersangkutan. Sebagai salah satu hasil pemikiran dan penemuan seseorang adalah kesenian, yang merupakan subsistem dari kebudayaan.
Globalisasi sebagai sebuah gejala tersebarnya nilai-nilai dan budaya tertentu keseluruh dunia (sehingga menjadi budaya dunia atau world culture) telah terlihat semenjak lama. Cikal bakal dari persebaran budaya dunia ini dapat ditelusuri dari perjalanan para penjelajah Eropa Barat keberbagai tempat di dunia ini ( Lucian W. Pye, 1966 ).
Namun, perkembangan globalisasi kebudayaan secara intensif terjadi pada awal ke-20 dengan berkembangnya teknologi komunikasi. Kontak melalui media menggantikan kontak fisik sebagai sarana utama komunikasi antarbangsa. Perubahan tersebut menjadikan komunikasi antarbangsa lebih mudah dilakukan, hal ini menyebabkan semakin cepatnya perkembangan globalisasi kebudayaan.

E.    SIMPULAN
1).    Berkembangnya pertukaran kebudayaan internasional.
2).    Penyebaran prinsip multi-kebudayaan (multiculturalism), dan kemudahan akses suatu individu terhadap
        kebudayaan lain di luar kebudayaannya.
3).    Berkembangnya turisme dan pariwisata.
4).    Semakin banyaknya imigrasi dari suatu negara ke negara lain.
5).    Berkembangnya mode yang berskala global, seperti pakaian, film dan lain lain.
6).    Bertambah banyaknya event-event berskala global, seperti Piala Dunia FIFA.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar