Minggu, 11 Maret 2012


DARI JEJAK KE CERITERA SEJARAH
SERTA
MANUSIA DAN MASA LAMPAU

                                                          

  

Disusun untuk memenuhi Tugas Mata Kuliah Filsafat Sejarah
Semester 1 Tahun Ajaran 2011/2012
Dosen Pengampu : Drs. Sugeng Reksodihardjo

Kelompok 2
1.      Meyka Triadi               : 152007032
2.      Irma Dwi S                 : 152009006
3.      Priatama                      : 152009007
4.      Ria Rinita  Y               : 152009033
5.      Saputro kurniawan      : 152009009
6.      Yori Antania               : 152009034
7.      Nila Prasista S             : 152010006
8.      Har Intyan B               : 152010012   

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN SEJARAH
Fakultas keguruan dan ilmu pendidikan
universitas kristen satya wacana
salatiga
2011


  1. MANUSIA DAN MASA LAMPAU

Individu dan pengalaman masa lampau

       Manusia adalah makhluk berfikir yang memiliki pengalaman, Renier  menjelaskan bahwa pengalaman masa lampau memiliki hubungan mekanisme dalam alam fikir manusia dimana waktu sesorang dihadapkan pada keperluan mengambil suatu tindakan yang sulit atau penting saat itu juga,  dia (induvidu) berusaha mengingat kembali pegalaman-pengalaman sebelumnya yang menunjukkan wujud bersamaan dengan apa yang dihadapinya pada saat itu, kemudian dia akan membuat perbandingan-perbandingan antara pengalaman masa lampau dengan situasi saat itu. Proses kerja fikir diatas hakekat manusia yaitu belajar dari pengalaman (masa lampaunya) untuk dijadikan pedoman dalam mengambil/menentukan tindakan yang tepat untuk menghadapi situasi yang sulit.
Pengalaman manusia pada mulanya merupakan input yang berupa stimulus (informasi) dari lingkingan yang diterima oleh alat yang disebut register sensoris (pencatat, pemberi kode dan pemberi identifikasi atas informasi yang masuk). Melalui register sensoris ini diteruskan ke otak untuk diproses lebih lanjut yang hasilnya disimpan dalam wujud respon. Disini yang perlu diperhatikan adalah memori otak, baik dalam memori jangka panjang maupun jangka pendek. Stimuls-stimulus yang tersimpan dalam memory yang berupa konsep-konsep nilai yang merupakan pengalaman masa lampau manusia yang sewaktu-waktu dapat panggil  kembali.
      Renier menjelaskan lebih lajut bahwa dalam hal seperti ini bisa  dilihat sifat praktis dari kerja pikir tersebut dalam pengertiann bahwa berfikir itu adalah bagian permulaan dari suatu tindakan, tapi yang lebih penting lagi yang bisa dilihat disini ialah bahwa perhatian kita pada masa lampau adalah bagian yang sangat esensial bagi proses piikir manusia. Tanpa pegangan masa lampau tersebut menjadikan kita sama sekali tidak punya acuan tentang konsekwensi tindaka kita. Menurut Colingwood “ knowing your self  means knowing what you can do, and since nobody knows what he can do until he tries, the only clue to what man can do is what man has done. The value of history then, is that it teaches us what man has done and thus wha man is”? (mengenal  diri sendiri berarti megenal apa yang ana bisa lakukan, dan  karena tidak seorangpun mengeahui apa yang dia bisa perbuat sampai dia mencobanya, maka satu-satunya kunci untuk mengetahui apa yang bisa diperbuat seseorang adalah apa yang telah dia perbuat. Dengan demikian nilai dari sejarah adalah bahwa sejarah mengajarkan kepada kita tentang apa yang manusia telah lakukan, jadi juga tentang apa sebenarnya manusia itu). Dengan sendirinya maka komplek kehidupan manusia itu, maka akan makin sering mereka dihadapkan pada situasi yang sulit dan bersifat baru dan dalam keadaan begitu akan semakin diperlukan pengalaman masa lampau itu. Diatas sudah ditunjukan bahwa tanpa pengalaman masa lampau tersebut, proses berfikir akan terhambat dalam arti tidak bisa membuat perbandingan-perbandingan yang berguna bagi pengambilan keputusan/tindakan. Jadi yang  penting disini adalah kesadaran kita bahwa betapa pentingnya arti pegalaman masa lampu itu dalam kehidupan individual manusia.


Masyarakat Dan Pengalaman Masa Lampau



       Manusia tidak mungkin hidup terisolasi dengan individu-indivudu lainya. Mereka hidup berkelompok sebagai  masyarakat yang didalamnya terdapat interaksi antar individu yang mejadi landasan bagi perkembangan pribadi dari masing-masin induvidu  dengan memanfaatkan berbagai kemungkinan perkembangan yang disediakan oleh kehidupan sosial tersebut. dalam pegalaman masa lampau terdapat perbedaan masyarakat dengan individu.
        Dalam masyarakat timbul pertanyaan dimana pengalaman masa lalu disimpan dan dihidupkan kembali. Dalam hubungan ini kita ketahui bahwa masyarakat sebagai kumpulan induvidu tidak punya fasilitas yang berupa memori seperti pada indvidu. Dalam hal ini rupanya fungsi rupanya fungsi memori pada masyarakat digantikan oleh suatu media yang dikembangkan oleh masyarakat untuk menyimpan pengalaman masa lalunya. Ini dapat berupa ceritera-ceritera yang hidup dimasyarakat, yang pada mulanya diabadikan secara lisan dan turun-temurun. Memori pada masyarakat ini sering disebut social memori.
Tentu awalnya bukanlah hal yang dilakukan secara sadar, mereka lebih didorong semangat untuk menceritakan peristiwa-peristiwa yang sangat berarti bagi kehidupan  kelompok, misalnya peristiwa kemenangan dalam perang, kehebatan kepala suku dan lain-lain. Kejadian-kejadian seperti inilah yang selalu diulang-ulang penceritaannya dari satu generasi yang satu ke generasi berikutnya yang juga disampaikan dalam bentuk syair, cerita dengan kata-kata yang indah, bahkan dilagukan.

Timbulnya Ceritera Sejarah

          Lama-kelamaan terjadilah perkembangan-perkembangan baru yang ditandai oleh makin timbulnya kesadaran akan pentingnya pengalaman masa lampau untuk tujuan sosial kelompok. Cerita-cerita yang berkembang pada masyarakat (misalnya peristiwa kemenangan dalam perang, kehebatan kepala suku dan lain-lain)  merupakan usaha untuk mengabadikan  pengalaman masa lampau. Disini sebenarya dimulai usaha menyusun sejarah dalam pengertian sederhana ( elementer). Pengertian seperti ini perlu dicemati kerena cerita-cerita tersebut di imbuhi dengan imajinasi. Fase perkembangan sejarah elementer berkembang cukup lama sampai timbulya perkembangan baru (terutama di Eropa barat). Sekitar abad XVII masehi muncul usaha untuk membebaskan fakta-fakta sejarah dari unsur-unsur imajinasi dengan semangat rasionalisme.usaha-usaha diatas berarti berkembangnya metode sejarah. Pada abad itu metode sejarah bukan dikembangkan oleh kalangan sejarahwan tetapi oleh kaum filologis atau ahli naskah-naskah kuno yang menganalisa secara kritis naskah-naskah klasik/religi. Ini dilanjutkan dan berkembang terus dan mencapai puncaknya pada abad XIX dengan perkembangan ini munculah apa yang sering diistilahkan dengan sejarah ilmiah/sejarah kritis/sejarah empiris yang ditandai dengan perkembangan sifat-sifat sejarah sebagai suatu study keilmuan. Seperti apa yang dikatakan oleh Leopold von Ranke “bahwa tugas sejarah hanyalah menunjukan apa yang benar-benar terjadi.


2. DARI JEJAK KE CERITERA SEJARAH

Kejadian biasa (occurrence) dan kejadian istimewa (event)
    Dalam bahasa Inggris Reiner membedakan antara apa yang disebut occurrence dan event:
  • 1.Yang pertama lebih menunjukkan kepada “kejadian biasa”, sedangkan yang kedua merupakan “kejadian istimewa”.
  • 2.Ada yang menggunakan istilah kejadian “non histori” untuk kelompok kejadian yang pertama, dan kejadian “historis” untuk kejadian yang kedua.

       
         Hanya saja masalahnya adalah bahwa kita sulit membuat suatu batasan yang ketat, mana kita kategorikan sebagai kejadian biasa (non historis) dan mana yang merupakan kejadian istimewa (historis). Perbedaan ini sebenarnya lebih banyak tergantung pada kepentingan sejarawan dalam menyusun cerita sejarahnya. Maka dari itu, sejarawan dianjurkan untuk tidak terlalu terikat pada klasifikasi. Yang penting sejarawan perlu mengumpulkan sejumlah kejadian-kejadian yang menarik perhatiannya, dan kemudian dia merencanakan karakteristik cerita sejarahnya, menyeleksi atau mengklasifikasi mana yang bersifat kejadian biasa dan mana yang merupakan kejadian istimewa dalam konteks ceritanya. Dengan demikian pengertian kejadian istimewa itu hakekatnya bisa dirumuskan sebagai kajian yang terutama menunjang bagi karakteristik cerita sejarah yang hendak disusun sejarawan.

Heuristik
    Tidak semua kejadian masa lampau bisa diungkapkan (recoverable), sehingga studi sejarah sebenarnya bisa dianggap bukan studi masa lampau, tetapi studi tentang jejak-jejak masa kini dari peristiwa masa lampau. Ini berarti bahwa sejarawan tidak mungkin mendapatkan suatu pengetahuan langsung tentang peristiwa masa lampau. Seperti yang ditegaskan Collingwood, bahwa sejarawan bukanlah saksi mata dari fakta-fakta yang dia ingin ketahui, namun pengetahuannya tentang masa lampau hanyalah semata-mata bersifat tidak langsung (berupa kesimpulan), jadi tidak pernah bersifat empiris.
    Yang dimaksud dengan jejak sejarah di sini ialah apa yang ditinggalkan oleh peristiwa masa lampau yang menunjukkan bahwa benar-benar telah ada peristiwa tersebut. Dalam hubungan ini, kita juga mengenal istilah bukti-bukti sejarah karena jejak-jejak tersebut sekaligus merupakan bukti terjadinya peristiwa. Bukti-bukti sejarah sering pula disebut sumber sejarah karena dipakai sebagai bahan bagi penyusunan ceritera sejarah ( tentu saja dengan mengikuti suatu prosedur tertentu ). Demikian pentingnya arti jejak ini bagi penyusunan ceritera sejarah, maka kita perlu meninjau lebih jauh masalah jejak sejarah ini.
    Dalam prosedur kerja seorang sejarawan, memang langkah pertama yang harus mereka lalui dalam menyusun ceritera sejarah ialah usaha menemukan jejak-jejak sejarah. Dalam metode sejarah, kegiatan ini disebut heuristic ( dari bahasa yunani “ heuriskein “ ) yang berarti mencari atau menemukan. Mengingat peristiwa masa lampau manusia meliputi berbagai aspek kehidupan manusia yang berfariasi dalam berbagai jenis aktifitas ( aktifitas politik, ekonomi, sosial budaya dll ), maka jejak yang ditinggalkan sejarah itupun beraneka ragam wujudnya.
    Klasifikasi yang paling sederhana adalah pembagian berupa jejak-jejak yang ditinggalkan “ tidak dengan sengaja “ oleh manusia kegiatan sehari-harinya , dan jejak yang “ dengan sengaja “. Memang dimaksudkan untuk menyampaikan pesan bagi generasi berikutnya, mengenai tindakan orang-orang yang meninggalkannya. Perbedaan yang demikian ini kelihatannya tidak mampu memberikan batasan yang cukup tegas antara yang tidak sengaja dan yang sengaja.
    Seperti yang ditunjukkan di muka, ada yang membagi jejak menjadi jejak “ non histori “ dan jejak “ histori “. Yang pertama adalah jejak yang tidak menarik perhatian sejarawan karena tidak langsung bersangkutan dengan cerita sejarah yang hendak disusun. Sedangkan yang kedua merupakan jejak yang bisa menuntun sejarahwan untuk merekontruksi kejadian masa lampau.  Meskipun klasifikasi ini harus diterima sebagai suatu yang relatif, tapi lebih mudah di aplikasikan karena di kaitkan dengan kepentingan sejarahwan dalam rangka penyusunan cerita sejarahnya. Selanjutnya jejak historis biasanya dibedakan lagi menjadi jejak yang bersifat non materiil dan jejak materiil. Jejak non materiil ialah jejak-jejak yang tidak nyata yang kadang-kadang masih hidup dalam masyarakat. Jejak materiil adalah obyek-obyek yang merupakan hasil-hasil dari aktivitas manusia yang hidup di masa lampau yang kadang-kadang masih berfungsi sampai sekarang.
    Ada juga yang membagi jejak/sumber sejarah secara lebih sederhana, yaitu jejak/sumber benda, jejak/sumber tertulis dan jejak/sumber lisan. Jejak tertulis dikenal dengan istilah “dokumen” yang dibedakan menjadi dokumen “resmi” dan “tidak resmi”.

Kritik Sejarah
    Apabila seorang sejarawan berhasil mengumpulkan jejak-jejak sejarah, maka langkah berikutnya ialah menilai, menguji, atau menyeleksi jejak-jejak tersebut untuk mendapatkan jejak/sumber yang autentik serta benar-benar mengandung informasi yang relevan denga ceritera sejarah yang ingin disusun. Usaha ini disebut Kritik Sejarah.
    Kritik sejarah dapat dibedakan menjadi kritik ekstern dan kritik intern. Kritik ekstern berfungsi untuk menjawab persoalan terhadap sumber yang didapat, yaitu apakah sumber itu memang sumber yang kita butuhkan atau tidak, sumber itu asli atau tiruan, apakaha sumber itu utuh atau sudah berubah.  Kritik intern harus bisa membuktikan bahwa kesaksian yang diberikan oleh suatu sumber itu dapat dipercaya. Untuk itu perlu melakukan perbandingan antara sumber lisan dengan sumber tertulis (penilaian intrinsik) sehingga dapat menyusun cerita sejarah menjadi semakin sempurna. Dalam hal ini diperlukan bantuan dari berbagai disiplin ilmu, baik yang berkaitan langsung dengan sejarah ataupun tidak. Misalnya, Kronologi (penyusunan urutan peristiwa berdasarkan waktyu terjadinya), Paleografi (mengenai tulisan-tulisan kuno), Epigrafi (ilmu tentang prasasti), Filologi (ilmu tentang naskah kuno), Arkeologi (ilmu purbakala), Sigilografi (ilmu tentang meterai), Numismatik (ilmu tentang mata uang), dll. Sejarah juga dianggap berhubungan erat dengan ilmu-ilmu sosial, seperti Sosiologi, Antropologi, Psikologi, dan Ekonomi. Semua ini disebut dengan pendekatan “multidimensional” dalam metode sejarah.

Interpretasi fakta dan penyusunan cerita sejarah
    Usaha untuk mewujudkan certitera yang kritis perlunya sejarawan untuk membuat interpretasi terhadap fakta. Dalam hal ini, sejarawan tidak bisa menghindar dari “subyektivitas”. Dalam interpretasi ini perlu menyeleksi fakta-fakta sejarah, apa kah dibuang atau diabaikan. Apabila sejarahwan telah bisa membangun ide-ide tentang fakta satu dengan fakta lainya (melalui kegiatan interpretasi) maka sejarahwan tiba pada langhkah akhir yaitu penulisan atau penyusunan ceritera sejarah( historiography). Historiography ceritera sejarah memerlikan kemampuan-kemampuan tertentu untuk menjaga standar mutu ceritera sejarah yang didalamnya terdapat prinsip serialisasi (cara-cara membuat urutan peristwa), prinsip kronologi ( urutan waktu), prinsip kausasi (hubungan sebab akibat), prinsip imajinasi yaitu kemampuan menghubungkan peristiwa-peristwa terpisah menjadi satu rangkaian yang masuk akal. Dalam penyusunan  ceritera sejarah selain fungsi  ilmiah diatas  perlu pula diperhatikan fungsi sastranya yaitu penyajian daripada hasil ilmu dan daya angan (imajinasi) dalam suatu bentuk yang menarik.



1 komentar:

  1. A.C. Online casinos with a high definition English - Casinofib 카지노 카지노 betway login betway login 915A new player will be able to play SEGA Master System games

    BalasHapus